SUKOHARJO, Suaramerdeka.com
– Warga Desa Makamhaji, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo
mengeruk sumur hingga beberapa meter untuk mengantisipasi kekeringan
akibat underpass di Jalan Slamet Riyadi.
Dari pantuan di lapangan, kekeringan yang dialami warga di atas
terowongan senilai Rp 27 miliar, terjadi sejak dibangun 2012. Meskipun
berkali-kali mengeluhkan pada Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Ditjen
Perkeretaapian, Kelurahan Makamhaji, Pemkab dan kontraktor, tetapi tidak
mendapat perhatian.
“Kami lelah, akhirnya kami mengeruk beberapa meter sumur yang
berpuluh-puluh tahun tidak bermasalah,” ungkap warga RT 4, Desa
Makamhaji, Dul Mukti (65), Rabu (27/5).
Pengerukan itu, menurut Mbah Dul sapaan akrabnya, untuk
mengantisipasi kekeringan saat musim kemarau. Apalagi menjelang musim
kemarau ini, dia mengaku khawatir. Karena pada kemarau tahun lalu, sumur
sedalam 10 meter tidak terdapat air sama sekali. Padahal sumur tersebut
untuk masak, mencuci, air minum dan mandi.
“Makanya kami keruk. Mau mengeluh juga tidak pernah ditanggapi.
Padahal sejak kecil di Makamhaji, tidak pernah kekurangan air. Ini
akibat underpass,” aku dia pasrah.
Ketua Umum Forum Peduli Masyarakat Makamhaji (FPMM), Muchlis Joko
Ahmadi, menjelaskan, jika permasalahan di underpass selain kebanjiran
yang dikeluhkan warga, juga menyusutnya air sumur. Dari data yang
dimilikinya, ada sekitar 40 kepala keluarga (KK) di sekitar underpass
yang selama beberapa tahun ini kekurangan air saat musim kemarau.
“Air sumur berkurang drastis. Kami minta warga diperhatikan oleh
pemilik underpass. Karena sebelum ada underpass, sumur tak bermasalah.
Ini sudah memasuki musim kemarau,” jelas dia.